Sejarah Kota Bandung yang menarik untuk diketahui – Nama resmi kota itu sepanjang masa kolonial Hindia Belanda yaitu Bandoeng.
Rujukan paling awal ke daerah itu datang dari th. 1488, meskipun temuan arkeologi tunjukkan type spesies Homo erectus sudah lama tinggal di pinggir Sungai Cikapundung serta di sekitaran danau tua Bandung. Sepanjang era ke-7 belas serta ke-8 belas, Perusahaan Hindia Belanda (VOC) membangun perkebunan di lokasi Bandung.
Pada 1786, jalan supply yang menghubungkan Batavia (saat ini Jakarta), Bogor, Cianjur, Bandung, Sumedang serta Cirebon dibuat. Pada th. 1809, Napoleon Bonaparte, Kaisar Prancis serta penakluk beberapa besar Eropa termasuk juga Belanda serta koloninya, memerintahkan Gubernur Hindia Belanda H. W. Daendels melakukan perbaikan system pertahanan Jawa membuat perlindungan Inggris dari India. Daendels membuat satu jalan, membentang sekitaran 1. 000 km (620 mil) dari barat ke pantai timur Jawa, melalui Bandung.
Pada th. 1810, jalan itu dibangun di Bandung serta dinamakan De Groote Postweg (atau ‘Jalan Raya Besar’), tempat Asia-Afrika sekarang ini. Dibawah perintah Daendels, R. A. Wiranatakusumah II, Kepala Administrator Kabupaten Bandung waktu itu, geser dari Krapyak, di selatan, ke satu tempat di dekat sepasang sumur suci kota (sumur Bandung), website saat ini dari alun-alun kota (alun- alun). Dia membuat dalam, masjid agung serta pendopo (tempat pertemuan petinggi umum) dalam tujuan orang Sunda classic, 16 dengan pendopo yang menghadap ke gunung Tangkuban Perahu, yang dipercaya mempunyai situasi mistis.
Pada th. 1880, kereta api besar pertama pada Batavia serta Bandung usai dibuat, tingkatkan industri enteng di Bandung. Orang Cina bersama-sama ke kota untuk menolong menggerakkan sarana, service serta jadi vendor. Lokasi yang berdekatan dengan stasiun kereta api masih tetap dapat dikenali jadi lokasi Chinatown tua. Pada th. 1906, Bandung di beri status gemeente (kotamadya) serta lalu dua puluh th. lalu stadsgemeente (kotamadya).
Diawali pada awal 1920-an, pemerintah Hindia Belanda buat gagasan untuk mengubahkan ibu kota mereka dari Batavia ke Bandung. Dengan hal tersebut, sepanjang dekade ini, pemerintah kolonial Belanda mulai pembangunan barak militer, gedung pemerintah pusat (Gouvernments Bedrijven, Gedung Sate saat ini) serta bangunan pemerintah yang lain. Tetapi, gagasan ini, dipangkas oleh Perang Dunia II, kemudian Belanda tidak bisa membuat kembali koloni mereka karna Deklarasi Kemerdekaan Indonesia.
Daerah subur Pegunungan Parahyangan yang melingkari Bandung mensupport perkebunan teh yang produktif. Pada era ke-9 belas, Franz Junghuhn mengenalkan pabrik cinchona (kina). Dengan panorama yang lebih sejuk serta ditinggikan, dikelilingi oleh perkebunan besar, Bandung jadi daerah resor Eropa yang eksklusif.
Yang memiliki perkebunan kaya berkunjung ke kota pada akhir minggu, menarik wanita serta entrepreneur dari ibu kota, Batavia. Jalan Braga tumbuh jadi jalan pejalan kaki dengan kafe, restoran serta toko butik. Dua hotel dan wisata bergaya art deco, Savoy Homann serta Preanger, dibuat di sekitaran Concordia Society, satu tempat tinggal club untuk orang kaya dengan satu ballroom besar serta satu teater. Julukan ” Parijs van Java ” diberi ke kota Bandung.